Pengalaman Menurunkan Ego: Dari Software Engineer ke Support Engineer (Remote)
Latar Belakang
Saya adalah lulusan Pendidikan Teknik Elektro yang seharusnya menjadi guru SMK. Tapi, awal 2020 saya memutuskan untuk belajar ngoding secara otodidak selama 7 bulan, lalu lanjut bootcamp selama 4 bulan. Jadi, total sekitar 1 tahun saya habiskan untuk belajar programming dari nol.
Januari 2021, saya diterima sebagai Software Engineer di BSD (onsite). Setahun kemudian, Januari 2022, saya pindah kerja ke Jakarta untuk posisi yang sama. Awalnya remote, tapi mulai Q3 2023, kantor mulai menerapkan sistem hybrid. Nah, di sinilah masalah muncul: saya sudah terlanjur ambil KPR rumah di Bandung. Dari sisi income vs expense, jadi nggak masuk hitungan kalau harus bolak-balik ke kantor. Karena itu, saya cari kerja lain dengan satu syarat utama: yang penting remote.
Perjuangan Mencari Kerja & Menurunkan Ego
Setelah hunting kira-kira 1 bulan dan ikut berbagai tes, akhirnya dapet offering letter dari perusahaan US. Tapi posisinya bukan Software Engineer, melainkan Support and Implementation Engineer. Awalnya, ego saya gede banget:
Dari Software Engineer ke Support Engineer? Turun level dong!
Tapi setelah saya pikir-pikir dan mempertimbangkan beberapa hal, akhirnya saya menurunkan ego saya dan menerima tawaran ini. Beberapa alasan utama saya adalah:
- KPR di Bandung: Saya membutuhkan pekerjaan yang memungkinkan WFH agar bisa tetap tinggal di Bandung.
- Gaji dan benefit lebih baik: Secara finansial, tawaran ini lebih menguntungkan.
- Kesempatan kerja internasional: Saya menjadi satu-satunya orang Indonesia di perusahaan ini, membuka peluang untuk belajar budaya kerja global.
- Fleksibilitas WFH: Ini menjadi prioritas utama karena memungkinkan saya menghabiskan lebih banyak waktu dengan keluarga.
Adaptasi dan Tantangan di Pekerjaan Baru
Selama enam bulan pertama bekerja sebagai Support Engineer, ego saya masih sering muncul. Saya merasa challenge pekerjaan ini berbeda dibandingkan Software Engineer, dan ada keinginan kuat untuk kembali ke dunia software engineering. Akhirnya, saya mendiskusikan hal ini dengan Tech Lead di perusahaan.
Hasilnya? Setelah performance review, Tech Lead memahami concern saya dan memberikan proyek khusus untuk mengembangkan internal tools yang akan digunakan oleh tim customer agent. Proyek ini memberi saya ruang untuk tetap berkontribusi dalam software engineering sambil menjalankan peran utama sebagai Support Engineer.
Pelajaran yang Didapat
Dengan menurunkan ego dan menerima perubahan karier ini, hidup saya menjadi lebih balance:
- Saya menikmati waktu berkualitas bersama anak dan istri.
- Fleksibilitas WFH memberikan kebebasan lebih dalam mengatur waktu.
- Saya tetap bisa berkembang secara profesional melalui proyek-proyek pengembangan internal tools.
- Saya tetap bisa fun coding di sela-sela waktu & juga bisa membuat video untuk saya share di youtube
Kesimpulan
Sejauh ini, setelah saya menurunkan ego saya, hidup saya jauh lebih nyaman. Saya bisa lebih menikmati waktu dengan anak dan istri, dan fleksibilitas WFH membuat hidup lebih balance. Kadang, idealisme perlu sedikit diturunkan demi kehidupan yang lebih baik. Toh, kesempatan untuk berkembang masih ada, selama kita tetap belajar dan beradaptasi.